Rabu, 19 Juni 2013

Siap Siaga Menyambut Ramadhan

Ilustrasi. (inet)
Bulan Jumadil tsaniyah telah berakhir, Rajab telah dimulai, bulan Sya’ban segera menyusul, bulan Ramadhan pun bersiap siaga. Insya Allah, semoga kita masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan.

Setiap kali membahas bulan Ramadhan maka tak akan habis maknanya. Entah itu ketika menyambut, melaksanakan, bahkan ketika berpisah. Ramadhan lah yang menjadi indikator makna bulan-bulan berikutnya.

Selasa, 11 Juni 2013

Syariat Puasa Ramadhan

ilustrasi
Sebelum mewajibkan puasa Ramadhan bagi kaum Muslimin tahun ke-2 hijriyah, Allah SWT telah mensyariatkan puasa kepada para nabi terdahulu.

Menurut Ibnu Jarir Al-Thabari, syariat puasa pertama diterima oleh Nabi Nuh AS setelah beliau dan kaumnya diselamatkan oleh Allah SWT dari banjir bandang. Nabi Daud AS melanjutkan tradisi puasa dengan cara sehari puasa dan sehari berbuka.

Dalam pernyataannya Dawud AS berkata, “Adapun hari yang aku berpuasa di dalamnya adalah untuk mengingat kaum fakir, sedangkan hari yang aku berbuka untuk mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT.”

Marhaban, Ya Ramadhan!


Seperti diwartakan dalam banyak hadis sahih, Rasulullah SAW selalu menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Dalam bahasa Arab, kegiatan penyambutan ini dinamai tarhib. Dalam sejumlah sabdanya, Nabi SAW selalu menegaskan kebesaran dan keagungan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah (syahrun mubarak) serta bulan yang di dalamnya ada “malam seribu bulan”. (HR Baihaqi dari Salman Al-Farisi).

Ketika Perselisihan Itu Terjadi



Ibarat mengemudikan bahtera di lautan, kehidupan rumah tangga kadang harus berhadapan dengan ombak. Sesekali muncul ombak kecil, di kesempatan lain muncul ombak besar. Bahtera yang berlayar di tengah lautan yang luas, dalam menghadapi berbagai terpaan gelombang, kemampuanya untuk merespon dana mengantisipasi gelombang tersebut, berbeda-beda kemampuan, tergantung pada beberapa hal. Di antaranya adalah kekokohan fisik kapal, kemampuan nakhoda dalam mengendalikan kemudi kapal, serta kesigapan para penumpang dalam menghadapi berbagai kemungkinan, ketaatannya pada seruan dan koordinasi nakhoda. Makin kuat dan makin besar ombak dan gelombang menerjang, makin dibutuhkan kelihaian dan kemampuan mengendalikan kapal. Seorang pelaut ulung, yang sudah sering berhadapan dan berhasil mengendalikan ombak, logikanya, ketika kemudia datang kembali omabk, dia sudah terbiasa dan mudah mengendalikannya. Dia sudah belajar dari pengalamannya.

Minggu, 09 Juni 2013

Cara Mengendalikan Emosi dalam Islam

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTO7DEOuEz9qlYkVypL2px4n78Bfg-81ZHNM_RqJqfXr3Oda2eh


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan sampai kalimat carai yang membubarkan rumah tangganya.

Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak menusia tercapai.

Selasa, 04 Juni 2013

Memotivasi Ibadah Anak dengan Visualisasi Indahnya Surga


Imam Al-Ghazali memberikan sebuah pepatah. “Anak adalah amanah bagi kedua orangtuanya, dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan kebahagiaan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah di dunia dan di akhirat.”

Pepatah tersebut menjelaskan kita bahwa ada tautan yang nyata antara kebaikan yang kita sematkan pada buah hati, dengan kehidupan akhirat yang kelak akan kita arungi.

Perjalanan Hidup Manusia



Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.
Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.