Ibarat mengemudikan bahtera di lautan, kehidupan rumah tangga kadang
harus berhadapan dengan ombak. Sesekali muncul ombak kecil, di
kesempatan lain muncul ombak besar. Bahtera yang berlayar di tengah
lautan yang luas, dalam menghadapi berbagai terpaan gelombang,
kemampuanya untuk merespon dana mengantisipasi gelombang tersebut,
berbeda-beda kemampuan, tergantung pada beberapa hal. Di antaranya adalah
kekokohan fisik kapal, kemampuan nakhoda dalam mengendalikan kemudi
kapal, serta kesigapan para penumpang dalam menghadapi berbagai
kemungkinan, ketaatannya pada seruan dan koordinasi nakhoda. Makin kuat
dan makin besar ombak dan gelombang menerjang, makin dibutuhkan
kelihaian dan kemampuan mengendalikan kapal. Seorang pelaut ulung, yang
sudah sering berhadapan dan berhasil mengendalikan ombak, logikanya,
ketika kemudia datang kembali omabk, dia sudah terbiasa dan mudah
mengendalikannya. Dia sudah belajar dari pengalamannya.
Ketika terpaksa perselisihan itu terjadi, ada beberapa hal yang harus kita diperhatikan :
1.
Tidak boleh menghina, mencaci, dan menjelek-jelekkan pasangan. Hal yang
satu ini memang sangat sulit, karena, tabiat manusia ketika sedang
membenci seseorang, cenderug akan mengungkap dan menjelek-jelekkan orang
yang dibencinya. Tapi islam mengajarkan kepada kita, agar mampu menjaga
lisan, tidak keluar kalimat dari lisan kita, kecuali yang baik saja.
Bahkan ini merupakan salah satu tanda keimanan seseorang . “ man kaana
yu’minuu billahi wal yaumil akhir, fayaqul khairan au liyasmut “
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia
berbicara yang baik, kalau tidak bisa diam.
2. Tidak boleh
membuang muka, satu dengan yang lain, dan enggan berbicara lebih dari
tiga hari. Suami isteri, sebagaimana seorang mu’min yang lainnya,
dilarang tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari. Allah memaklumi,
bahwa manusia punya kecenderungan untuk lupa, untuk khilaf, untuk
berbuat salah, untuk marah, tapi ingat, semua hal itu tidak boleh
berkepanjangan, tidak boleh keterusan, harus ada time limitnya. Manusia
punya potensi salah, tapi sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang
segera meminta maaf. Jangan memendam marah, jangan memendam emosi,
karena bila ini kita lakukan, sesungguhny yang rugi diri kita sendiri.
Batin nya menjadi capai, membuang –buang energi, waktu dan tenaga. Jadi
kenapa harus nunggu samoai tiga har, jika bisa segera kita memaafkan
atau meminta maaf. Yang terbaik diantara keduanya, adalah yang paling
dulu meminta maaf, yang paling dahulu bertegur sapa.
3. Meskipun
pertengkaran itu begitu hebat, jangan mentolerasi untuk memukul. Dalam
ayat alqur’an, Allah hanya membolehkan memukul manakala seoang istri
nusyuz, sudah diingatkan masih membangkang, sudah dipisahkan tempat
tidurnya masih bandel, maka jika demikian, diperbolehkan memukul ( QS
Annisa 34), dengan catatan memukul yang tidak menyakitkan atau tidak
menimbulkan bekas. Seperti apakah pukulan yang tidak menyakitkan? Dari
Atha, saya mengatakan kepada Ibnu Abbas, apakah yang dimaksud dengan
pemukulan yang tidak menimbulkan luka atau tidak menyakitkan? Dia
berkata: “ memukul dengan siwak dan sejenisnya” . Dalam masalah ini,
sering ada candaan, ya sudah kita pukul saja memakai ATM. Plus kasih
tahu nomor PIN nya. Berkaitan dengan masalah ayat 34 surat annisa
tersebut di atas, Rasul saw bersabda : “ Wa lan yadriba khiyaarukum”
“Mereka yang terbaik tidak akan memukul “ ( Hadis hasan diriwayatkan
oleh Ibnu saad dalam Tabaqat dan al Baihaqi dalam Al Sunan). Berdasar
hadis ini, ulama menyimpulkan bahwa memukul pada ayat tersebut hukumnya
boleh, boleh dianjurkan apalagi diwajibkan.
4. Meminimalisir
sengketa/perselisihan dari efek negatif terhadp anak. Seorang anak yang
melihat kedua orang tuanya yang bertengkar dan berselisih, hatinya akan
merasakan pukulan yang dahsyat , dia terombang ambing, kepada siapa
harus melabuhkan kasih sayang. Kepada siapa dia berharap kelembutan dan
perlindungan. Yang muncul adalah perasaan takut, dan bila sangat dahsyat
pertengkaran atau perselisihan tersebut dilihat oleh anak, boleh jadi
akan menimbulkan trauma. Maka, wahai para orang tua, renungkanlah
bagaimana perasaan anak. Jangan egois ingin menang sendiri dengan
mengorbankan anak-anak, yang masih memiliki masa depan yang panjang.
5.
Menyembunyikan rahasia pernikahan. Jika teraksa terjadi perceraianpun,
tetap dilarang dan merupakan kemaksiatan dan dosa, membuka rahasia
pernikahan dan rahasia pasangan terhadap orang lain. Jagalah dan
tutuplah aib saudara. Maka Allah akan menjaga dan menutup aib dirimu.
Demikianlah, betapa Islam mengatur secara rinci, dengan berpegang teguh dan
mnentaati adab–adab tersebut, insya Allah kita akan selalu merasakan
keindahan dalam setiap episode kehidupan rumah tangga. Bangunlah
istanamu, bangunlah syurgamu, Baitii jannatii, semoga selalu menjadi
kenyataan. Ya Rabb Kami, karuniakan kepada kami pasangan dan keuturan
yang senantiasa menjadi penyejuk mat bagi kami, dan jadikan kami sebagai
pemimpin bagi orangorang yang bertaqwa. Aamiin.