Imam Al-Ghazali memberikan sebuah pepatah. “Anak adalah amanah
bagi kedua orangtuanya, dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat
mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan
kebahagiaan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan
akan berbahagialah di dunia dan di akhirat.”
Pepatah tersebut menjelaskan kita bahwa ada tautan yang nyata antara
kebaikan yang kita sematkan pada buah hati, dengan kehidupan akhirat
yang kelak akan kita arungi.
Selanjutnya, motivasi tentang indahnya surga tidak terbatas hanya
untuk orangtua. Anak-anak kita pun perlu mendapatkan motivasi tersebut.
Bedanya, fungsinya motivasi surga bagi orangtua adalah sebagai bekal
dalam membina buah hati. Sehingga pendidikan yang kita berikan berada
dalam koridor-koridor illahiyah.
Sementara bagi anak-anak kita, motivasi
kehidupan surga lebih merupakan penyemengat yang akan membakar jiwa
mereka untuk konsisten melakukan segala sesuatu yang ma’ruf. Sehingga
tak ada kata surut bagi buah hati kita untuk berhenti dari pendakian
menuju puncak kebaikan.
Visualisai tentang surga atau neraka tidak terlalu sulit sebetulnya.
Dalam obrolan ringan, dalam menyampaikan cerita, dalam aktivitas
mengaji, dalam mengingatkan kesalahan dan dalam beragam kondisi lain.
Hampir semua kondisi memungkinkan untuk kita menjelaskan tentang betapa
indahnya surga dan betapa mengerikannya neraka. Selanjutnya, kita juga
bisa meyakinkan bahwa surga hanya akan dihuni oleh orang-orang oleh yang
sungguh-sungguh dalam berusaha. Sementara neraka disediakan bagi mereka
yang lalai, lengah, tidak mau berusaha dan berhenti berjuang.
Setiap anak insyaAllah akan belajar motivasi pemebelajaran tentang
surga dan neraka. Anak akan memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk
bisa mengekang hawa nafsu. Anak bias memiliki semangat yang tinggi
beribadah dengan keyakinan bahwa kelak dirinya akan meraih reward
berupa surga yang maha memesona. Dengan bahasa yang bisa diterima oleh
mereka, dengan sudut pandang yang bisa dimengerti oleh mereka, dengan
cerita ringan yang mengalir kedalam ruang imaji mereka,indahnya surga
bagaikan buah ranum yang bergelantungan di pohon. Kenikmatan visual itu
membangkitkan penasaran sang anak sehingga ia terus berusaha dan
menemukan cara untuk bisa meraih dan memetik buah-buah yang menggiurkan
itu.
Dan inilah beberapa kalimat yang bisa Anda sisipkan pada setiap interaksi hangat Anda bersama buah hati.
1. Di surga itu, semuanya serba gratis. Ade bisa menikmatinya
kapanpun dan yang mana pun. Bahkan semua makanan yang ada di
supermarket, Ade bisa mengambilnya dengan bebas di surga.
2. Setiap pohon buah akan terus berbuah tanpa mengenal musim. Walau
dipetik sampai habis sekalipun, pada saat itu juga akan berbuah kembali
dan langsung bisa dipetik. Hebat ya, Allah menyediakan tempat super
nikmat.
3. Makanan di surga serba enak dan serba cepat saji. Semua menu apapun akan tersaji dengan cepat kapan pun Ade mau.
4. Kehidupan di surga itu, aneh tapi nyata. Siapapun yang sudah
kakek-kakek, nenek-nenek, semuanya akan kembali muda dan segar. Ajaib
ya…?
5. Surga itu tempat super nyaman. Maka tidak akan pernah ada bencana
sekecil apapun. Tidak akan ada banjir, tidak akan ada longsor, tidak
akan ada tsunami.
Kalimat-kalimat tersebut niscaya akan menghipnosis buah hati Anda.
Dan yakinilah ketika diantara kalimat tersebut mengalir dari mulut Anda,
maka pada saat itu juga buah hati Anda akan berpikir bagaimana caranya
berbuat yang terbaik. Buah hati Anda akan berimajinasi seolah-olah ia
tengah menikmati seluruh fasilitas yang ada di surga. Buah hati Anda
akan membersitkan satu cita-cita besar yakni surga yang begitu istimewa.
Dan satu hal yang harus wajib Anda perhatikan bahwa kalimat-kalimat
tersebut akan jauh lebih menghipnosis buah hati Anda apabila diiringi
dengan gesture yang tepat, dengan mimik muka yang meyakinkan dan
kehangatan yang luar biasa. Dan yakinilah bahwa semua upaya Anda akan
lebih mengena apabila semua domain yang ada pada diri buah hati Anda
terstimulus atau tersapa dengan dengan sempurna. Dan domain yang
dimaksud adalah domain visual, auditori dan kinestetik. Sehingga
gambaran tentang surga tak hanya ia tangkap lewat kata.
Pembaca yang budiman. Lagi-lagi saya ingin meyakinkan kepada Anda
bahwa surga adalah sukses tanpa batas. Surga adalah muara dari segala
jerih payah yang diridhoi Allah SWT. Surga adalah zona super nyaman yang
abadi dan kenikmatannya tak terhingga. Dan perjuangan manusia untuk
sampai pada zona tersebut bukanlah perkara yang remeh temeh. Melainkan
butuh pendakian sempurna. Bukan pendakian yang tidak didasari niat dan
tekad bulat. Bukan pula pendakian yang berhenti sebelum menuju puncak.
Dan pendakian menuju surga inilah yang jika dikaitkan dengan teori Adversity Quotient, merupakan pendakian para climbers (pendaki) yang sesungguhnya. Pendakian yang disertai dengan spirit mujahadah kesungguhan). Pendakian yang dibekali dengan ruhul istijabah (semangat merespon amal baik).
Pendakian menuju surga merupakan pembelajaran bermakna bagi setiap
anak. Dalam pembelajaran ini, anak tidak sekadar tahu tentang indahnya
surga dan panasnya neraka. Namun lebih jauh dari itu, anak akan belajar
tentang tanggungjawab. Dan tanggung jawab inilah yang kemudian akan
memacu anak untuk memahami tentang bagaimana seharusnya dan apa yang
seharusnya dilakukan.
Seorang tokoh psikoanalisa, Jean Piaget mengelompokkan masa/rentang
perkembangan manusia ke dalam empat tahap. Dari empat tahap atau rentang
tersebut, buah hati Anda yang berumur antara 2-6 tahun dimana usia
termasuk masa operasional konkret, sudah bisa Anda ajak untuk
berekspedisi membayangkan indahnya surga melalui cerita yang kita kemas
semenarik mungkin. Dan mereka akan memiliki respon positif dengan
menggunakan berbagai interpretasi. Maka disinilah jawabannya yang
sekaligus merupakan alasan kenapa gambaran tentang surga pada anak harus
tervisualisasikan. Mengapa gambaran tentang indahnya surga perlu kita
kenalkan sedini mungkin kepada anak. Karena gambaran itu akan menjadi
daya tarik yang luar biasa dimana anak terpacu untuk berbuat sebaik
mungkin sesuai dengan indikator-indikator yang telah Allah SWT sampaikan
pada banyak firman-Nya. Bahkan selain visualisai-visualisai imajinatif,
orangtua juga bisa menyisipkan sejarah faktual yang bercerita tentang
orang-orang hebat yang dipersilakan Allah untuk menikmati indahnya
surga. Mudah-mudahan Ramadhan akan jauh lebih berkah dan bermakna
apabila buah hati kita memiliki semangat yang luar biasa untuk
beribadah.
Allohu ‘alam bish showaab.
Penulis : Usth. Miarti