Alhamdulillah di hari yang telah
menjauh dari Ramadhan ini, kita masih diberikan kekuatan oleh Allah
untuk mengamalkan amal ibadah sunnah. kita masih mampu untuk sahur dan
shaum Syawal, kemudian subuh berjamaah di masjid, membaca al ma’tsurat,
serta shalat dhuha. Ini adalah karunia agung yang mesti kita syukuri.
Mengapa? karena menjadi hal terberat untuk menjalankan amalan sunnah
yang telah disebutkan tadi, di bulan Syawal yang hanya beberapa hari
jaraknya dari bulan Ramadhan. Inilah tipu daya setan yang begitu lembut,
membisikkan ke telinga kita agar bersantai sejenak setelah di sepanjang
Ramadhan kemarin kita giat beribadah. Santai saja, jangan terlalu
terburu-buru beramal.. bukankah Ramadhan lalu kita sudah banyak beramal?
tenang saja, Syawal masih panjang..shaum sunnah bisa kapan saja,
makanlah yang banyak hari ini. begitulah kira-kira suara-suara menggoda
yang di bulan Syawal ini begitu banyak menelan korban. adakah kita salah
satunya. Itu sebabnya kita wajib bersyukur kepada Allah manakala hari
ini kita tetap istiqamah untuk meningkatkan amal ibadah, di Ramadhan
atau setelah dan sebelumnya.
Memang kunci kekuatan iman adalah keteguhan (istiqamah). Banyak ayat yang menjelaskan keutamaan istiqamah. Di antaranya adalah QS. Fushillat : 30. Sungguh berbahagia mereka yang istiqamah, yaitu mereka yang terus menerus melaksanakan seluruh perintah Allah serta menjauhi larangan NYA (Al Hasan), memegang teguh Syahadat mereka hingga bertemu dengan Robbul ‘alamin (Imam Mujahid dan Ikrimah), serta teguh dalam mengenal dan mencintai Allah hingga tidak murtad (Imam Muqotil). Kepada merekalah yang istiqamah, kelak malaikat turun untuk menemani, baik ketika ajal menjelang (Ibnu Abbas ra), ketika di alam Kubur, serta ketika dibangkitkan kembali di hari Perhitungan (Qiyamah) – Waki’ bin Jarah -. Orang-orang yang teguh pendirian pun akan senantiasa optimis dan Allah angkat rasa takut dalam diri mereka akan kehidupan di masa hadapan yaitu di akhirat serta kehidupan yang telah berlalu baik terkait dengan kehidupan berkeluarga atau dalam membimbing anak-anak (Imam Mujahid). Orang-orang Istiqamah pun tidak akan takut dan bersedih karena mereka yakin Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka (Atho bin Abi Robah) serta akan mendapatkan kabar gembira berupa surga di akhirat sana. (Tafsir Ma’alim al Tanzil Karya Imam al Baghawi).
Namun
istiqamah itu tidak akan di diamkan begitu saja. Allah pasti akan
menguji keistiqamahan kita dengan ujian yang bisa jadi tidak kita
perkirakan sebelumnya. istiqamah itu memang bukan hiasan bibir tapi
amalan yang perlu pembuktian. jika saja istiqamah hanya lantunan suara
ceramah para dai, tentu banyak yang telah menjalankannya. Namun sayang,
sekali lagi bahwa istiqamah itu memang benar-benar membutuhkan
pembuktian.
Tidak usah jauh-jauh kita mencari bukti ujian
istiqamah itu. Bukankah hari ini di bulan Syawal ini keistiqamahan kita
pun tengah di uji, apakah kita tetap giat beribadah seperti di bulan
Ramadhan atau bahkan sebaliknya? amal ibadah kita menjadi lemah dan
melempem pasca Ramadhan. Sungguh menyedihkan seandainya secara drastis
ibadah kita mendadak turun pasca Ramadhan. Bisa jadi hal ini menandakan
dua hal. Pertama, tidak mabrur nya Ramadhan kita atau kedua lemahnya
keistiqamahan kita. Terlebih apa yang terjadi di tengah masyarakat
Muslim hari ini. sangat terasa betul turunnya semangat ibadah itu pasca
Ramadhan. Tarawih yang setiap malam Ramadhan ditegakkan, kini tinggal
cerita saja. shalat wajib berjamaah di masjid pun sudah menjadi kenangan
yang sudah tak diceritakan lagi. Al-Qur’an pun kembali terlantar,
setelah di bulan Ramadhan dengan penuh semangat hingga tengah malam di
baca sampai khatam. semua nya kini kembali kepada kemalasan untuk
beribadah. Mengapa ini terjadi? bahkan berulang-ulang di setiap
tahunnya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kondisi para dai di
tengah masyarakat itu sendiri mengalami penurunan dalam ibadah. ibarat
pepatah yang sangat populer mengatakan Guru kencing berdiri, murid
kencing berlari. Dai lemah beribadah, umat pun lari darinya.
Sekali
lagi, memang istiqamah itu mudah untuk diucapkan, tapi ia butuh
pembuktian. Istiqamah terkadang begitu ringan di bibir, tapi berat di
perbuatan. Surga memang begitu indah dan dipenuhi dengan kenikmatan
dalam makna yang sesungguhnya. namun bukan perkara mudah untuk
memasukinya. namun yang pasti Allah telah menjamin orang-orang yang
istiqamah pasti akan mendapatkan kabar gembira berupa surga. lalu
bagaimana dengan kita? Yakin masuk surga? Semoga Allah menjadikan kit
semua hamba-hamba yang istiqamah. Aamiin.
Sumber : dakwatuna.com
Sumber : dakwatuna.com