Oleh: Sri Kusnaeni
Manusia, sebagai makhluk sosial, memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Demikian juga dengan anak-anak, sebagaimana orang dewasa, dia juga butuh berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dan komunikasi antara anak dan orang tua sangat penting, di mana hal ini akan membentuk kepribadian anak. Dari interaksi, anak belajar banyak hal, melihat contoh, merasakan dan mengamati. Seluruh sikap dan tingkah orang tua akan menjadi cermin bagi anak-anaknya. Maka orang tua harus memberikan contoh terbaik untuk anak-anaknya. Terlebih lagi ibu, karena secara fitrah, ibulah yang relatif lebih banyak bersama anak. Syair Arab mengatakan bahwa: al Ummu madrasatul ula: ibu adalah sekolah yang pertama (buat anak anaknya).
Bagi
seorang anak, perhatian dari orang tua, memiliki arti yang sangat penting.
Perhatian akan membuat jiwanya menjadi kaya, dan merasa dirinya dihargai dan
dianggap penting. Sebaliknya, jika anak kurang mendapatkan perhatian, dia akan
merasa bahwa dirinya tidak penting dan perlahan akan timbul kekecewaan dan
putus asa. Sekecil apapun perhatian orang tua terhadap anaknya, menjadi penting
bagi perkembangan jiwanya. Meski hanya dalam bentuk belaian, ungkapan/ucapan
sayang, senyuman, memuji sikap baiknya, menghargai hasil karyanya, mendengarkan
kisahnya, sesekali menemaninya bermain. Kedekatan secara psikologis akan
terjalin dengan berbagai aktivitas tersebut. Anak akan merasa nyaman, jiwa nya
stabil, dan emosinya terkendali. Semua ini merupakan modal yang sangat penting
bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Dalam bergaul di tengah
masyarakat kelak, di dalam menghadapi berbagai tugas di tempat kerjanya dan
dalam menyelesaikan seluruh persoalan, kestabilan jiwa, pengendalian emosi dan
perasaan yang nyaman akan sangat dibutuhkan.
Sumber: http://www.dakwatuna.com
Munculnya
berbagai peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh anak dan remaja, yang membuat
kita prihatin, adalah menjadi salah satu indikator adanya sesuatu yang kurang
beres dalam interaksi orang tua dengan anak. . Miris mendengarnya, ketika masih
dalam suasana peringatan hari anak nasional tanggal 23 juli, di Depok, seorang
anak umur 14 tahun , melakukan pembunuhan terhadap 2 orang ( Bapak dan anak),
dengan dalih masalah ekonomi, dia diiming-imingi motor oleh orang yang
menyuruhnya untuk melakukan pembunuhan. Sering juga kita mendengar, kasus
–kasus tawuran pelajar antar sekolah, yang terjadi di berbagai daerah.
Kasus-kasus seperti ini, muncul karena anak tidak mendapatkan kehangatan jiwa,
emosi yang labil mudah tersulut dan perasaan yang tidak nyaman dalam keluarga
dan sekelilingnya. Meski benar bahwa lingkungan akan mempengaruhi perilaku
seorang anak, tapi manakala nilai-nilai dalam keluarganya kokoh, lingkungan
tidak akan memberikan pengaruh besar. Anak punya imunitas/manaah kuat dari pendidikan
orang tua di dalam keluarga.
Kisah
sedih seputar perhatian terhadap anak
Beberapa
tahun lalu, pernah dimuat sebuah kisah nyata di sebuah harian nasional, kisah
sedih dari negeri seberang. Di sebuah keluarga yang cukup berada. Suami istri
berkarir di luar rumah. Anak perempuannya selama ini di rumah ditemani oleh
pembantunya saja. Suatu hari, anaknya berharap ketika ibunya pulang kantor, dia
akan menunjukkan hasil karyanya di sekolah kepada ibunya. Dia berharap sang ibu
akan memuji dan menghargai hasil karyanya. Tapi apa yang terjadi, sang ibu
pulang dari kantor tidak mempedulikan hasil karya anaknya, dan menyuruhnya
untuk disimpan dulu, dia capai mau istirahat.
Duhai,
betapa sedih dan hancur hati anak tersebut. Harapannya hilang, senyumnya
hambar, matanya basah diusapnya dengan ujung jarinya sambil lari menuju kamar
pembantunya. Semalaman sang anak meratapi kesedihannya, kecewa batinnya
terhadap sikap ibunya. Pikirannya mulai mengembara, gerangan apa yang
dilakukannya untuk membalas kekecewaan hatinya.
Syetan
pun menggodanya, dan memberikan inspirasi. Pagi hari ketika ibunya mau
berangkat ke kantor, betapa kaget dan kesal hati sang ibu, ketika mendapatkan
body mobil kesayangannya penuh dengan goresan-goresan kasar dari benda-benda
runcing/tajam. Ini semua dilakukan oleh sang anak, sebagai kompensasi kekesalan
terhadap ibunya. Ibu karena kalap, begitu mengetahui bahwa semua itu karena
ulah anaknya, spontan memukul tangan anaknya dengan sebuah benda. Tak pernah
dibayangkan sebelumnya, ternyata bekas pukulan tadi membuat tangan anak luka
dan tak kunjung sembuh, menjadi borok yang oleh dokter direkomendasikan agar
diamputasi.
Tragis
dan miris…….. Yang tersisa hanyalah penyesalan. Penyesalan besar yang berawal
dari kurang kesadaran dan kemauan seorang ibu untuk bisa memberikan perhatian
tulus kepada anaknya. Jika sudah seperti ini, siapa yang akan disalahkan?
Belajar dari kesalahan orang lain, mestinya membuat kita sebagai orang tua
semakin arif /bijaksana dalam berinteraksi dengan anak-anak kita. Anak adalah amanah
dari Allah yang kelak harus kita pertanggungjawabkan kepadaNya. Hadir ke dunia
dalam keadaan fitrah, harus kembali kepadaNya juga dalam keadaan fitrah. Kullu
maulidin yuuladu alal fitrah. Selamat menikmati hari bersama buah hati.
Sumber: http://www.dakwatuna.com