Al-Qur’an telah menyebutkan proses siklus air, dan juga bagaimana
terjadinya dengan sangat detail. Penyebutan itu pun sesuai dengan ilmu
pengetahuan modern. Pada saat ayat-ayat ini turun, mayoritas orang masih
berkeyakinan bahwa yang menurunkannya adalah dewa hujan.
Allah swt. berfirman:
وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا
“Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari).” [An-Naba’: 13].
Cahaya dan panas matahari bertanggung-jawab dalam menguapkan air ke udara, dan membentuk angin.
Peran Angin
Allah swt. berfirman:
وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhan, awan) dan Kami turunkan hujan dari langit.” [Al-Hijr: 22].
Angin yang menggiring awan, mengawinkan ion-ion dalam awan sehingga bisa turun hujan.
Pembentukan Awan
Allah swt. berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ
بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ
خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ
فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا
بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari
celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung…
maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
[An-Nur: 43].
Cadangan Air Tanah
Allah swt. berfirman:
فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ
“Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu
dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”
[Al-Hijr: 22].
Air tersimpan dalam bumi ratusan tahun, tapi tidak rusak. Berbeda dengan kalau kita yang menyimpannya.
Distribusi Air
Allah swt. berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا
مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ
يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan
air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya… lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal.” [Az-Zumar: 21].
Setelah turun, air tidak hilang begitu saja. Tapi diserap bumi, lalu
keluar dalam bentuk mata air. Dedaunan tidak selamanya hijau, air yang
dikandungnya harus kembali mengalami siklus. Daun yang kering itu
setelah proses ribuan tahun akan berubah menjadi minyak.
Peran Penting Sungai
Allah swt. berfirman:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ
وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا
مَحْجُورًا
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang
ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” [Al-Furqan: 53].
Sungai yang mensuplai air laut, sumber air terbesar yang diuapkan ke
udara. Tanpa adanya sungai, laut pun akan kering, dan tidak akan ada uap
air yang terbang ke udara. Dari lautlah air akan diuapkan.
Peran Gunung
Allah swt. berfirman:
وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ شَامِخَاتٍ وَأَسْقَيْنَاكُمْ مَاءً فُرَاتًا
Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar?”[ Al-Mursalat: 77].
Gunung berperan dalam pembentukan awan, sehingga daerah pengunungan
adalah daerah yang paling sering disirami hujan. Selain itu, gunung
berfungsi dalam menyimpan dan mendistribusikan air.
Hukum Alam yang Akurat
Allah swt. berfirman:
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya.” [Al-Mu’minun: 18].
Kata (بقدر) menunjukkan sistem dan akurasi. Semua proses turunnya
hujan itu terjadi dengan teori yang sangat akurat. Ada sedikit
ketimpangan, akan berpengaruh kepada bencana. Tidak ada istilah curah
hujan yang yang terlalu besar. Karena ayat di atas menyebutkan bahwa air
yang diturunkan hujan sama dengan air yang diuapkan ke langit. Tidak
ada istilah berlebihan, karena semua sudah diukur oleh Allah swt.
Terjadinya banjir pada sebuah negeri adalah karena kesalahan yang dibuat
tangan manusia sendiri.
Penulis : Moh Sofwan Abbas